Tantangan Nasional: Mengapa Literasi dan Numerasi Indonesia Perlu Ditingkatkan
Hasil PISA (Programme for International Student Assessment) secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia masih perlu ditingkatkan secara signifikan. Ini adalah pekerjaan rumah besar bagi sistem pendidikan nasional. Rendahnya kedua kemampuan dasar ini menghambat potensi siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan bersaing di kancah global, sebuah tantangan serius bagi masa depan bangsa.
Literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca, melainkan memahami, menafsirkan, dan mengevaluasi teks. Siswa dengan literasi rendah akan kesulitan dalam memahami materi pelajaran di semua bidang, bahkan instruksi sederhana sekalipun. Ini menjadi fondasi bagi semua pembelajaran.
Demikian pula, numerasi bukan sekadar menghitung, tetapi kemampuan menggunakan konsep matematika dalam berbagai situasi kehidupan nyata. Siswa dengan numerasi rendah akan kesulitan dalam pengambilan keputusan sehari-hari, mengelola keuangan, atau memahami data dan statistik yang esensial.
Salah satu akar masalah rendahnya literasi dan numerasi adalah metode pembelajaran yang masih konvensional dan berpusat pada guru. Pembelajaran yang dominan menghafal dan kurang mendorong penalaran logis tidak efektif dalam mengembangkan kedua kemampuan fundamental ini.
Kurangnya akses terhadap sumber bacaan yang bervariasi dan menarik juga berkontribusi pada rendahnya literasi. Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, tidak memiliki perpustakaan yang memadai, sehingga siswa kesulitan menumbuhkan minat baca sejak dini.
Lingkungan belajar di rumah dan masyarakat juga memengaruhi. Jika di rumah tidak ada kebiasaan membaca atau diskusi yang merangsang berpikir, maka upaya sekolah saja tidak cukup optimal dalam meningkatkan literasi dan numerasi siswa.
Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan literasi dan numerasi, seperti Gerakan Literasi Nasional (GLN) dan asesmen berbasis kompetensi. Namun, implementasinya harus lebih masif dan terintegrasi di semua jenjang pendidikan, serta didukung oleh pelatihan guru yang efektif.
Pentingnya literasi dan numerasi harus disosialisasikan secara luas kepada orang tua dan masyarakat. Kesadaran bahwa kedua kemampuan ini adalah bekal hidup, bukan sekadar nilai di rapor, akan mendorong partisipasi aktif semua pihak dalam upaya peningkatan ini.
Pemanfaatan teknologi juga dapat menjadi solusi. Aplikasi pembelajaran interaktif, e-book, dan platform edukasi daring dapat membuat proses belajar literasi dan numerasi lebih menarik dan mudah diakses, terutama di daerah yang minim fasilitas.
Pada akhirnya, peningkatan literasi dan numerasi adalah investasi krusial untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Dengan kemampuan dasar yang kuat, generasi muda akan lebih siap menghadapi tantangan zaman dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.